Agent of God
- kareninapriyanka
- Sep 17, 2016
- 5 min read
HELLO! Balik lagi nih sama saya hehe dengan cerita yang pastinya beda lagi dari yang sebelum-sebelumnya. Hm, hari ini tepat banget udah 3 bulan berlalu dari tanggal 17 Juni 2016 kemarin. Ada apa sih sama tanggal 17 Juni 2016? Jadi, pas tanggal 17-19 Juni 2016, saya mengikuti sebuah kegiatan yang diadakan oleh organisasi kepemudaan dari Paroki Santo Laurensius. Kegiatan ini bernamakan Weekend Antiokhia (WEA) Laurensius ke-4 dan diadakan di Darmawan Park, Sentul City. Acara ini berbeda seperti retret-retret yang biasanya diadakan oleh gereja-gereja lainnya. Acara ini memang masih berbasiskan pendalaman iman dibaliknya karena kami secara bersama-sama saling membagikan pengalaman iman kami akan Kristus kepada sesama.
Namun, acara ini diberikan, disiapkan, dan dipersembahkan oleh remaja kelas 10 hingga 12 serta diperuntukkan untuk remaja usia tersebut pula. Dari remaja, oleh remaja, dan untuk remaja. Team WEA4 (Weekend Antiokhia 4) adalah orang-orang yang menyiapkan dan mempersembahkan WEA4 ini dan saya tergabung di dalamnya. Saya diberi tanggung jawab dan kepercayaan pada WEA tahun ini sebagai BuLu (Bu Lurah). Saya juga ditemani oleh seorang PaLu (Pak Lurah). PaLu dan BuLu adalah pasangan yang mengayomi kerja dari team dalam mempersiapkan WEA. Konsep kerjanya adalah seperti ketua dari team WEA4. Tetapi kami juga tidak lepas dari bimbingan orang dewasa yang selalu memberikan kami semangat serta masukan dalam mempersiapkan WEA. Kami memanggil mereka derngan sebutan mami dan papi. Mami-papi ini berperan layaknya orang tua kami di Antiokhia ini. Kami di Antiokhia ini sudah seperti sebuah keluarga, sehingga kami memanggil satu sama lain sudah tidak ada dengan sebutan ‘kakak, cici, koko’ atau yang lainnya. Kami di sini diajarkan untuk menjadi akrab satu sama lain, tanpa rasa malu dan takut akan satu sama lain. Adanya adalah rasa kasih sayang layaknya sebuah keluarga. Kegiatan dalam WEA ini diisi dengan kegiatan yang menyenangkan, seperti bernyanyi, bermain, berdoa, dan makan yang pastinya dilakukan bersama-sama. Inti dari keseluruhan acara WEA ini adalah untuk membagikan pengalaman akan Kristus kami kepada teman-teman peserta. Hal ini dilakukan melalui presentasi yang kami bagikan. Presentasi ini menceritakan tentang pengalaman iman kami sebagai presenter. Ada 9 total presentasi dan 4 buah renungan yang dibawakan oleh presenter yang berbeda-beda. Setiap presentasi dibawakan oleh 2 orang presenter, sehingga pengalaman yang dibagikan pun juga berbeda dan semakin banyak pula nilai-nilai yang dibagikan kepada teman-teman peserta. Serta setiap renungan dibawakan hanya oleh 1 orang. Renungan dibawakan setiap pagi dan malam hari. Setiap presentasi dan renungan memiliki makna yang berbeda dan sangat berguna untuk kehidupan. Ada yang menyinggung tentang hubungan kita dengan Allah, hubungan Gereja dengan dunia, hubungan persekutuan Kristus, hubungan kita dengan diri kita sendiri, dan lain-lain. Masalah-masalah yang dibahas adalah masalah-masalah yang biasa dialami oleh remaja usia SMA.
Dalam WEA ini, tidak hanya presenter ataupun anggota team yang membagikan pengalaman iman mereka akan Kristus. Para peserta pun juga ikut serta membagikan pengalaman iman mereka lewat sharing kelompok. Keseluruhan peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil serta didampingi oleh 1-2 orang team. Di dalam kelompok kecil ini, peserta bebas menceritakan hal apapun, rahasia sekalipun karena kami diberikan komitmen untuk saling menjaga cerita tersebut berada hanya pada orang-orang yang mendengarnya. Sehingga cerita yang mereka ceritakan tidak akan tersebar. Tentunya cerita yang mereka bagikan harus relevan dengan pertanyaan yang diberikan oleh team yang sudah tercantum dalam buku panduan sharing.
Acara puncak dalam WEA adalah malam rekonsiliasi. Malam ini adalah malam di mana kami semua mendengarkan renungan yang berkaitan kehidupan.ada yang berkaitan dengan Allah, pergolakan di dalam hati seorang anak, kata-kata dari seorang ayah, kata-kata dari seorang ibu, dan kata-kata dari seorang kakak serta adik. Intinya adalah rekonsiliasi ditujukan untuk kita merenung tentang hubungan kita dengan keluarga kita dan agar hubungan itu bisa membaik. Ada juga satu sesi dimana semua mami-papi pergi memeluk semua peserta satu per satu serta para team layaknya orang tua mereka. Acara ini diakhiri dengan ibadat tobat serta pembakaran penyesalan kami yang kami tulis diselembar kertas. Dalam menjadi bagian dari team WEA4 ini, saya mendapatkan banyak pengalaman baru dan nilai-nilai yang bermanfaat bagi saya.
Dalam bekerja sebagai seorang BuLu, saya dituntut untuk bisa menjadi orang yang sadar akan tanggung jawab yang ditanggung, saya harus bisa bekerja dengan siapapun apapun karakternya, saya harus berani untuk mengemukakan pendapat, saya harus bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada teman-teman presenter serta harus bisa menerima kritik dan saran pada saat saya membawakan presentasi, saya harus bisa menjadi seorang pemimpin yang mengerti keadaan teman-teman team lainnya, saya harus bisa bekerja dengan cekatan, saya harus bisa menepati deadline yang sudah ditentukan untuk mengumpulkan presentasi, saya harus bisa komit dengan keputusan saya untuk bergabung menjadi bagian dari team dengan saya harus datang ke setiap rapat yang diadakan, serta saya harus bisa membagi waktu saya antara sekolah, keluarga, teman-teman, Antiokhia serta untuk diri saya sendiri.
Dalam Antiokhia saya juga diajarkan untuk lebih bisa menghargai orang lain serta menjadi sosok yang disiplin. Di Antiokhia selalu ditegaskan prinsip ‘Satu bicara yang lain mendengarkan’ dengan sebutan ‘Prinsip 1’, sehingga bila ada seseorang yang sedang bicara dan yang lainnya rebut, maka akan langsung diberi tahu untuk melaksanakan prinsip tersebut. Selain itu juga ada ‘Prinsip 2’ yang menyatakan agar kami semua peduli, baik terhadap orang lain maupun lingkungan serta ada ‘Prinsip 3’ yang menyatakan agar kami semua bisa tepat waktu, tidak terlambat sehingga semuanya bisa berjalan sesuai harapan. Saya juga diajarkan untuk berterima kasih kepada seseorang, bila ada orang yang memberikan pendapatnya atau berbicara di depan, maka kami semua akan dengan refleks mengucapkan ‘Thank you…’ dengan menyebut namanya, misal ‘Thank you Nina’. Selain itu juga kami selalu menyanyikan lagu ‘Thank you Lord’ setelah seseorang membawakan presentasi ataupun renungan. Itu adalah salah satu wujud kami bersyukur atas keberadaan orang tersebut di dalam hidup kami sambil memuji Tuhan pula. Selain itu, di dalam Antiokhia sendiri pun saya menemukan keluarga baru saya yang lainnya yang bisa menerima saya apa adanya. Saya bisa menjadi diri saya sendiri di sini. Saya juga bisa mendapat teman-teman baru dari peserta WEA. Saya juga bisa semakin mendalami iman saya akan Kristus. Saya bisa menambah serta membagikan cerita pengalaman saya kepada teman-teman. Kemampuan public speaking saya semakin berkembang lewat menjadi seorang presenter. Saya bisa menambah kepercayaan diri saya. Saya bisa banyak belajar dari pengalaman teman-teman melalui kelompok sharing. Yang paling penting adalah saya bisa semakin dekat dengan Yesus.

Kelompok Sharing selalu dibuka dan ditutup dengan doa bersama

Kelompok Sharing

Saat makan bersama, team dan peserta ‘melebur’

Salah satu kegiatan untuk membuat poster tentang Antiokhia

Suasana saat membawakan presentasi

Saat membawakan presentasi

Foto dengan seluruh peserta WEA 5
![endif]--![endif]--![endif]--![endif]--![endif]--![endif]--![endif]--
Nah, gimana? Keliatan seru banget kan kegiatan Antiokhia itu? Sata sih seneng banget di Antiokhia, soalnya selain bisa nambah temen baru, saya juga bisa belajar berorganisasi dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Coba yuk ikutan kegiatan atau organisasi yang ada di sekitar kamu, pasti bakal seru dan asik banget kok! Sampai di sini dulu ya cerita saya kali ini.. DADAH! :D
Love from the other side,
Nina

Comments